Lambang V adalah gerakan tangan dimana jari telunjuk dan jari
tengah diangkat dan terpisah, sedangkan jari-jari lainnya mengepal.
Adapun lambang V ini memiliki berbagai arti, tergantung dari konteks
budaya dan bagaimana isyarat tangan itu dipresentasikan. Lambang V ini
juga telah digunakan untuk merepresentasikan huruf “V” di dalam
“Victory” atau kemenangan, terutama digunakan oleh tentara disaat Perang
Dunia II. Lambang ini juga digunakan oleh masyarakat Inggris Raya dan
ada kaitannya dengan kebudayaan sebagai gerakan ofensif ketika kepalan
tangannya menjadi dibalik ke dalam dan digunakan juga oleh masyarakat
luas untuk melambangkan angka 2. Sejak tahun 1960-an, ketika “Lambang V”
diadopsi secara luas oleh gerakan counter-culture, hal ini menjadi
simbol perdamaian.
Penggunaan
Makna dari lambang V sebagian bergantung pada cara dimana tangan diposisikan:
-
Jika telapak tangan menghadap ke pemberi lambang (pungung tangan menghadap pada observer), lambang ini menandakan:
- Ejekan. Digunakan biasanya di Australia, Irlandia, Selandia Baru, Afrika Selatan dan Inggris Raya
- Menunjukkan Angka 2 di dalam American Sign Language
-
Dengan punggung tangan mengadap pemberi tanda (telapak tangan menghadap observer) hal ini bisa berarti:
- Dua (angka)
- Kemenangan – biasa dipakai ketika perang atau kompetisi. Pertama kali
dipopulerkan pada Januari 1941 oleh Victor de Laveleye, politisi Belgia.
- Perdamaian – digunakan diseluruh dunia oleh kelompok-kelompok perdamaian dan counter-cultures
- V (huruf) – digunakan oleh American Sign Language
Versi lambang V yang digunakan untuk mengejek sering digunakan
untuk membandingkan dengan lambang ofensif yang dikenal sebagai “the
finger”. “two-fingered salute”, atau dikenal juga dengan “the longbowman
salute” , “the two”, “the Rods”, “The Agincourt Salute” dan “The Tongs”
di Skotland Barat dan dikenal dengan “the forks” di Australia yang
biasa digunakan dengan menjentikkan V ke atas dari pergelangan tangan
atau siku. Lambang V, ketika telapak tangan mengadap ke orang yang
memberikan lambang, telah lama menjadi gerakan untuk mencemooh di
Inggris, selanjutnya digunakan juga di Inggris Raya secara keseluruhan;
melalui penggunaan lambang V sebagai gerakan untuk mencemooh akhirnya
membuat gerakan tersebut dilarang di Inggris Raya, Irlandia, Selandia
Baru dan Australia. Hal ini biasa digunakan untuk menunjukkan untuk
menandakan tantangan (terutama kepada otoritas), penghinaan, atau
cemoohan. Isyarat untuk cemoohan ini tidak digunakan di Amerika Serikat.
Awal Mula
Di dalam novel grafis Crecy (2007), seorang penulis Inggris bernama
Warren Ellis berkata bahwa “The Longbowman Salute” telah digunakan dari
tahun 1346 oleh pemanah Inggris terhadap ksatria Prancis yang mundur
setelah the Battle of Crécy. Di dalam cerita ini, kelas bawah longbowmen
di tentara Inggris menggunakan tanda tersebut sebagai simbol kemarahan
mereka dan pembangkangan mereka terhadap kalangan kelas atas Prancis,
yang sejak Norman menaklukan Inggris di tahun 1066 yang juga menaklukan
masyarakat Inggris. Bagaimanapun juga, hal ini hanylah buku fiksi.
Legenda yang juga sering mengulang penggunanan lambang V serta
mengklaim bahwa the two-fingered salute atau lambang V berasal dari
isyarat yang dibuat oleh pertarungan longbowmen di antara tentara
Inggris dan Wales pada Pertarungan Agincourt (1415) ketika Perang
Seratus Tahun. Menurut ceritanya, orang-orang Prancis pada saat itu
sedang memiliki kebiasan untuk memotong jari-jari dari longbowmen
Inggris dan Wales yang tertangkap, dan isyarat tersebut adalah lambang
dari pembangkangan yang dilakukan oleh bowmen, menunjukkan kepada musuh
bahwa mereka masih memiliki jari-jari mereka, atau sebagian luas
sindirian menyatakannya bahwa mereka masih bisa “pluck yew”. Cerita
longbow tidak diketahui awalnya, namun sindiran “pluck yew” dianggap
sebagai etimologi yang salah dan sebenarnya berasal dari tahun 1996 dari
sebuah email yang menyebarkan cerita tersebut. Etimologi Bowman tidak
terbukti kepastiannya, karena tidak ada bukti adanya serangan-serangan
dari Prancis yang memotong jari-jari dari bowmen yang tetangkap.
Kampanye V for Victory dan lambang victory-freedom
Pada 14 januari 1941, Victor de Lavaleye, mantan menteri keadilan Belgia
dan sutradara Belgian French-speaking broadcast di BBCc(1940-44),
menyarankan di slah satu siaran untuk masyarakat Belgia menggunakan V
untuk victoire (victory atau kemenangan) dan vrijheid (kebebasan)
sebagai lambang teriakan selama Perang Dunia II. Di dalam siaran BBC, de
Laveleye mengatakan bahwa “para okupan, ketika mereka melibat lambang
ini yang dilakukan berkali-kali dan selalu sama akan membuatnya sadar
bahwa ia dikelilingi dengan kerumunan masyarakat yang besar yang sabar
menunggu saat-saat ia lemah, melihat kegagalan pertamanya”. Tidak lama
setelah itu lambang Vs mulai bermunculan di tembok-tembok sepanjang
Belgia, Belanda dan Prancis Utara. Melihat keberhasilan ini, BBC mulai
mengkampanyekan “V for Victory”, Douglas Ritchie sebagai penanggung
jawab dan berperan sebagai “Colonel Britton” menyarankan V agar dibuat
ritme sandi morse nya juga.